Jumat, 09 Maret 2012

Cara Merubah Smadav 8.9 Menja



di ProSabtu, 10 Maret 2012  
Oleh Kang febriansah rifai
Smadav 8.9 Pro. Disini hadir untuk melengkapi versi gratisannya yakni smadav 8.9. Bagi anda yang ingin mencicipi kehandalan smadav 8.9 pro silakan ikuti tutor kami ini!
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglfactlPqHU8uD-jz0U95HIDcBYc1ZXj-56PW4j3I6bqON-rxlN16eQmlcD8OOmKPGKR35spP-qH_8GsekLvQtUgeTPAqsZMFmWtIUjai2QnM0eZMy_P6zFq_ZmJ4U-QdAk4k4J1l4Gcg/s200/smadav_pro.jpgSebelumnya, saya menyarankan anda untuk tetap memberikan donasi kepada SMADAV, agar menjadi antivirus yang lebih baik. Key ini saya berikan hanya untuk kepentingan pribadi. TIDAK UNTUK DIPERJUAL BELIKAN!!.

Download Smadav 8.9 di smadav.net lalu install.
atau silakan Klik Disini

Saat mengisi key diusahakan untuk dalam keadaan Offline. Jika anda terkena BLACKLIST, caranya:
Kolom Nama : anti-bajakan
Key : dikosongkan

Cara 2 menghilangkan tanda bajakan (Anti blacklist) pada Smadav 8.9 :
  1. Hilangkan Tanda centang di semua pengaturan dasar & pengaturan tambahan sehingga semua fiturnya tidak aktif.
  2. Lalu ketikkan "anti-pembajakan" di kolom nama (tanpa tanda petik) dan klik register.
  3. Kemudian masukan kode di bawah ini ke kolom registrasi.

Cara 3 menghilangkan blacklist smadav 8.9 dengan regedit
  1. Pastikan Smadav di PC/Laptop kamu tidak aktif(Klik kanan pada ikon Smadav di System tray dan klik Exit).
  2. Klik Start-Run lalu ketik "Regedit" ATAU tekan logo Windows & R secara bersamaan lalu ketik "Regedit" untuk menjalankan registry editor.
  1. Lalu buka HKEY_CURRENT_USER - Software - Microsoft - Notepad pada registry editor.
  2. Kemudian cari "lfPitchΔndFamily", "lfPitchΔndFamily2", dan "lfPitchΔndFamily3" ,klik kanan pada value tersebut dan klik Delete dan Yes lalu OK (Hapus semua value yang namanya lfPitchΔndFamily).
  3. Selanjutnya buka direktori C:\Program Files\Smadav dan klik 2 kali pada file "SMΔRTP.exe" untuk menjalankan Smadav.
  4. Dan masukkan data dibawah ini ke kolomnya masing-masing pada tab Setting di Smadav.

Key Smadav 8.9
Nama : ModernW4R3Smadav
Key : 995299602420

Update Key untuk Serial Number Smadav 8.9 Pro
Dibawah ini adalah referensi lain yang bisa kamu gunakan tapi saya lebih merekomendasikan Key di atas.
Tipe Perusahaan:
Nama : Fikrishare
Serial : 999999301000
Nama : Fikrishare.com
Serial : 999899101447
Nama : FSLovers
Serial : 995799481660

Tipe Warnet:
Nama : Fikrishare
Serial : 779977301000
Nama : Fikrishare.com
Serial : 779877101447
Nama : FSLovers
Serial : 775777481660

Tipe Personal:
Nama : Fikrishare
Serial : 088800301000
Nama : FSLovers
Key : 089900481660

Oke, SMADAV 8.9 anda sudah menjadi versi PRO
Selama Mencoba!


Dibawah ini adalah Key Untuk Smadav 8.8 Jadi Jangan di Gunakan.

Key Smadav 8.8
Nama :  MWSmadavAV
Key : 991399508060

Update Key untuk Serial Number Smadav 8.8 Pro
(sumber: kaskus by DJogjaKelana, bagi yang punya serial number lain silakan di bagikan saya tidak nolak, dan bagi pemiliki serial number smadav 8.8 di bawah ini, silakan konfirmai untuk di tayangkan credit linknya Thx)

Name  :  JustForDYTOSHARE
Serial  :  081300407256
Name  :  DYTOSHARE-Private
Serial  :  081300521612
Name  :  AlwaysFreeForDYTOSHARE
Serial  :  083800723884
Name :   FreeMgz
Serial :   998899031380
Nama : Kanzeq
Serial : 991399900454 

credit untuk : http://www.modernw4r3.com/

Baca Juga:

Jangan asal copy paste! baca aturannya disini
Post By
febri

Rabu, 07 Maret 2012

sejarah PMII


Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu elemen mahasiswa yang terus bercita-cita mewujudkan Indonesia ke depan menjadi lebih baik. PMII berdiri tanggal 17 April 1960 dengan latar belakang situasi politik tahun 1960-an yang mengharuskan mahasiswa turut andil dalam mewarnai kehidupan sosial politik di Indonesia. Pendirian PMII dimotori oleh kalangan muda NU (meskipun di kemudian hari dengan dicetuskannya Deklarasi Murnajati 14 Juli 1972, PMII menyatakan sikap independen dari lembaga NU). Di antara pendirinya adalahMahbub Djunaidi dan Subhan ZE (seorang jurnalis sekaligus politikus legendaris).

Latar belakang pembentukan PMII

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir karena menjadi suatu kebutuhan dalam menjawab tantangan zaman. Berdirinya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia bermula dengan adanya hasrat kuat para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlusssunnah wal Jama'ah. Dibawah ini adalah beberapa hal yang dapat dikatakan sebagai penyebab berdirinya PMII:
1.    Carut marutnya situasi politik bangsa indonesia dalam kurun waktu 1950-1959.
2.    Tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundang-undangan yang ada.
3.    Pisahnya NU dari Masyumi.
4.    Tidak enjoynya lagi mahasiswa NU yang tergabung di HMI karena tidak terakomodasinya dan terpinggirkannya mahasiswa NU. Serta Kedekatan HMI dengan salah satu parpol yang ada (Masyumi) yang nota bene HMI adalah underbouw-nya.
Hal-hal tersebut diatas menimbulkan kegelisahan dan keinginan yang kuat dikalangan intelektual-intelektual muda NU untuk mendirikan organisasi sendiri sebagai wahana penyaluran aspirasi dan pengembangan potensi mahasiswa-mahsiswa yang berkultur NU. Disamping itu juga ada hasrat yang kuat dari kalangan mahsiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Organisasi-organisasi pendahulu

Di Jakarta pada bulan Desember 1955, berdirilah Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU) yang dipelopori oleh Wa'il Harits Sugianto.Sedangkan di Surakarta berdiri KMNU (Keluarga Mahasiswa Nahdhatul Ulama) yang dipelopori oleh Mustahal Ahmad. Namun keberadaan kedua organisasi mahasiswa tersebut tidak direstui bahkan ditentang oleh Pimpinan Pusat IPNU dan PBNU dengan alasan IPNU baru saja berdiri dua tahun sebelumnya yakni tanggal 24 Februari 1954 di Semarang. IPNU punya kekhawatiran jika IMANU dan KMNU akan memperlemah eksistensi IPNU.
Gagasan pendirian organisasi mahasiswa NU muncul kembali pada Muktamar II IPNU di Pekalongan (1-5 Januari 1957). Gagasan ini pun kembali ditentang karena dianggap akan menjadi pesaing bagi IPNU. Sebagai langkah kompromis atas pertentangan tersebut, maka pada muktamar III IPNU di Cirebon (27-31 Desember 1958) dibentuk Departemen Perguruan Tinggi IPNU yang diketuai oleh Isma'il Makki (Yogyakarta). Namun dalam perjalanannya antara IPNU dan Departemen PT-nya selalu terjadi ketimpangan dalam pelaksanaan program organisasi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan cara pandang yang diterapkan oleh mahasiswa dan dengan pelajar yang menjadi pimpinan pusat IPNU. Disamping itu para mahasiswa pun tidak bebas dalam melakukan sikap politik karena selalu diawasi oleh PP IPNU.

Konferensi Besar IPNU

Oleh karena itu gagasan legalisasi organisasi mahasiswa NU senantisa muncul dan mencapai puncaknya pada konferensi besar (KONBES) IPNU I di Kaliurang pada tanggal 14-17 Maret 1960. Dari forum ini kemudian kemudian muncul keputusan perlunya mendirikan organisasi mahasiswa NU secara khusus di perguruan tinggi. Selain merumuskan pendirian organ mahasiswa, KONBES Kaliurang juga menghasilkan keputusan penunjukan tim perumus pendirian organisasi yang terdiri dari 13 tokoh mahasiswa NU. Mereka adalah:
1.    A. Khalid Mawardi (Jakarta)
2.    M. Said Budairy (Jakarta)
3.    M. Sobich Ubaid (Jakarta)
4.    Makmun Syukri (Bandung)
5.    Hilman (Bandung)
6.    Ismail Makki (Yogyakarta)
7.    Munsif Nakhrowi (Yogyakarta)
8.    Nuril Huda Suaidi (Surakarta)
9.    Laily Mansyur (Surakarta)
10. Abd. Wahhab Jaelani (Semarang)
11. Hizbulloh Huda (Surabaya)
12. M. Kholid Narbuko (Malang)
13. Ahmad Hussein (Makassar)
Keputusan lainnya adalah tiga mahasiswa yaitu Hizbulloh Huda, M. Said Budairy, dan Makmun Syukri untuk sowan ke Ketua Umum PBNU kala itu, KH. Idham Kholid.

Deklarasi

Pada tanggal 14-16 April 1960 diadakan musyawarah mahasiswa NU yang bertempat di Sekolah Mu’amalat NU Wonokromo, Surabaya. Peserta musyawarah adalah perwakilan mahasiswa NU dari Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Malang, Surabaya, dan Makassar, serta perwakilan senat Perguruan Tinggi yang bernaung dibawah NU. Pada saat tu diperdebatkan nama organisasi yang akan didirikan. Dari Yogyakarta mengusulkan nama Himpunan atau Perhimpunan Mahasiswa Sunny. Dari Bandung dan Surakarta mengusulkan nama PMII. Selanjutnya nama PMII yang menjadi kesepakatan. Namun kemudian kembali dipersoalkan kepanjangan dari ‘P’ apakah perhimpunan atau persatuan. Akhirnya disepakati huruf "P" merupakan singkatan dari Pergerakan sehingga PMII menjadi “Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia”. Musyawarah juga menghasilkan susunan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga organisasi serta memilih dan menetapkan sahabat Mahbub Djunaidi sebagai ketua umum, M. Khalid Mawardi sebagai wakil ketua, dan M. Said Budairy sebagai sekretaris umum. Ketiga orang tersebut diberi amanat dan wewenang untuk menyusun kelengkapan kepengurusan PB PMII. Adapun PMII dideklarasikan secara resmi pada tanggal 17 April 1960 masehi atau bertepatan dengan tanggal 17 Syawwal 1379 Hijriyah.

Independensi PMII

Pada awal berdirinya PMII sepenuhnya berada di bawah naungan NU. PMII terikat dengan segala garis kebijaksanaan organisasi induknya, NU. PMII merupakan perpanjangan tangan NU, baik secara struktural maupun fungsional. Selanjuttnya sejak dasawarsa 70-an, ketika rezim neo-fasis Orde Baru mulai mengkerdilkan fungsi partai politik, sekaligus juga penyederhanaan partai politik secara kuantitas, dan issue back to campus serta organisasi- organisasi profesi kepemudaan mulai diperkenalkan melalui kebijakan NKK/BKK, maka PMII menuntut adanya pemikiran realistis. 14 Juli 1971 melalui Mubes di Murnajati, PMII mencanangkan independensi, terlepas dari organisasi manapun (terkenal dengan Deklarasi Murnajati). Kemudian pada kongres tahun 1973 di Ciloto, Jawa Barat, diwujudkanlah Manifest Independensi PMII.
Namun, betapapun PMII mandiri, ideologi PMII tidak lepas dari faham Ahlussunnah wal Jamaah yang merupakan ciri khas NU. Ini berarti secara kultural- ideologis, PMII dengan NU tidak bisa dilepaskan. Ahlussunnah wal Jamaah merupakan benang merah antara PMII dengan NU. Dengan Aswaja PMII membedakan diri dengan organisasi lain.
Keterpisahan PMII dari NU pada perkembangan terakhir ini lebih tampak hanya secara organisatoris formal saja. Sebab kenyataannya, keterpautan moral, kesamaan background, pada hakekat keduanya susah untuk direnggangkan.

Makna Filosofis

Dari namanya PMII disusun dari empat kata yaitu “Pergerakan”, “Mahasiswa”, “Islam”, dan “Indonesia”. Makna “Pergerakan” yang dikandung dalam PMII adalah dinamika dari hamba (makhluk) yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya memberikan kontribusi positif pada alam sekitarnya. “Pergerakan” dalam hubungannya dengan organisasi mahasiswa menuntut upaya sadar untuk membina dan mengembangkan potensi ketuhanan dan kemanusiaan agar gerak dinamika menuju tujuannya selalu berada di dalam kualitas kekhalifahannya.
Pengertian “Mahasiswa” adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religius, insan dimnamis, insan sosial, dan insan mandiri. Dari identitas mahasiswa tersebut terpantul tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial kemasyarakatan, dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga bangsa dan negara.
“Islam” yang terkandung dalam PMII adalah Islam sebagai agama yang dipahami dengan haluan/paradigma ahlussunah wal jama’ah yaitu konsep pendekatan terhadap ajaran agama Islam secara proporsional antara iman, islam, dan ikhsan yang di dalam pola pikir, pola sikap, dan pola perilakunya tercermin sikap-sikap selektif, akomodatif, dan integratif. Islam terbuka, progresif, dan transformatif demikian platform PMII, yaitu Islam yang terbuka, menerima dan menghargai segala bentuk perbedaan. Keberbedaan adalah sebuah rahmat, karena dengan perbedaan itulah kita dapat saling berdialog antara satu dengan yang lainnya demi mewujudkan tatanan yang demokratis dan beradab (civilized).
Sedangkan pengertian “Indonesia” adalah masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang mempunyai falsafah dan ideologi bangsa (Pancasila) serta UUD 45.
Ahmad Riduan Hasibuan

sejarah HMI


Himpunan Mahasiswa Islam-Majelis Penyelamat Organisasi (HMI-MPO) merupakan organisasi utama dari Himpunan Mahasiswa Islam.Himpunan Mahasiswa Islam itu sendiri merupakan Organisasi Mahasiswa Islam terbesar di Indonesia. Penambahan istilah MPO ini lahir saat menjelang kongres HMI ke-16 yang diselenggarakan di Padang, Sumatera Barat pada tanggal 24-31 Maret 1986. HMI mengalami perpecahan internal sebagai akibat dari represi dari rezim Orde Baru yang memaksa penerapan Azas Tunggal Pancasila. HMI yang semula hanya berazaskan Islam terbelah menjadi dua kubu, yaitu antara kubu yang tetap mempertahankan azas Islam dengan kubu yang berusaha mengikuti perintah Presiden Soeharto mengubah azasnya menjadi Pancasila. Kubu yang tetap mempertahankan azas Islam dalam HMI kemudian menamakan diri dengan Himpunan Mahasiswa Islam-Majelis Penyelamat Organisasi disingkat HMI-MPO. Sedangkan kubu yang mengikuti perintah Presiden Soeharto sering disebut HMI-DIPO, dikarenakan Sekretariat Pengurus Besarnya yang berada di Jalan Diponegoro. HMI-MPO lebih senang menamakan diri sebagai HMI 1947, karena mengacu pada tahun pendirian Himpunan Mahasiswa Islamyang sejak awal menetapkan Islam sebagai azas organisasinya.
Sejarah HMI-MPO
Pada mulanya MPO merupakan nama sekelompok aktivis kritis HMI yang prihatin melihat HMI yang begitu terkooptasi oleh rezim orde baru. Kelompok ini merasa perlu bergerak untuk mengantisipasi intervensi penguasa pada HMI agar HMI mengubah azasnya yang semula Islammenjadi pancasila. Bagi aktivis MPO, perubahan azas ini merupakan simbol kemenangan penguasa terhadap gerakan mahasiswa yang akan berdampak pada termatikannya demokrasi di Indonesia.
Untuk menyampaikan aspirasinya, mula-mula forum MPO ini hanya berdialog dengan PB (pengurus besar) HMI. Akan tetapi karena tanggapan PB yang terkesan meremehkan, maka akhirnya MPO melakukan demonstrasi di kantor PB HMI (Jl. Diponegoro 16, Jakarta). Demonstrasi tersebut ditanggapi PB HMI dengan mengundang kekuatan militer untuk menghalau MPO. Beberapa anggota MPO ditangkap oleh aparat dengan tuduhan subversif. Akhirnya simpati dari anggota HMI mengalir dan gerakan ini menjadi semakin massif.
Akhirnya dalam forum kongres di Padang pada tanggal 24-31 Maret 1986. HMI terpecah menjadi dua, yaitu HMI yang menerima penerapan asas tunggal (HMI-DIPO) dan HMI yang menolak asas tunggal (HMI-MPO), dan tetap menjadikan Islam sebagai asas organisasi. Selanjutnya kedua HMI ini berjalan sendiri-sendiri. HMI DIPO eksis dengan segala fasilitas negaranya, dan HMI MPO tumbuh menjadi gerakan bawah tanah yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan negara. Pada periode 90-an awal HMI MPO adalah organisasi yang rajin mengkritik kebijakan Rezim Orba dan menentang kekuasaannya dengan menggunakan sayap-sayap aksinya yang ada di sejumlah provinsi. Sayap aksinya yang terkenal antara lain adalah FKMIJ (Forum Komunikasi Mahasiswa Islam Jakarta) dan LMMY (Liga Mahasiswa Muslim Yogyakarta) di Jogyakarta tempat berkumpulnya para aktifis demokrasi LMMY merupakan sebuah organisasi masa yang disegani selain PRD dan SMID. Aksi solidaritas untuk Bosnia Herzegovina di tahun 1990 yang terjadi di sejumlah kampus merupakan agenda sayap aksi HMI MPO ini. Aksi demonstrasi menentang SDSB ke Istana Negara dan DPR/MPR pada tahun 1992 adalah juga kerja politik dua organ gerakan tersebut sebagai simbol melawan rezim. Aksi penolakan terhadap rezim orde baru di Jogyakarta merupakan bukti kekuatan HMI MPO dimana aksi 2 dan 3 April 1998 yang menjadi pemicu dari gerakan selanjutnya di Jakarta. Pada peristiwa pendudukan gedung DPR/MPR tanggal 18-23 Mei 1998, HMI MPO adalah ormas satu-satunya yang menduduki gedung tersebut di hari pertama bersama FKSMJdan FORKOT yang kemudian diikuti oleh ratusan ribu mahasiswa dari berbagai universitas dan kota hingga Soeharto jatuh pada 21 mei 1998. Pasca jatuhnya Soeharto, HMI MPO masih terus demonstrasi mengusung gagasan perlu dibentuknya Dewan Presidium Nasionalbersama FKSMJ.
Kenyataannya saat ini, HMI mulai kehilangan gigi taringnya. Banyak alumni HMI yang tidak menjalankan amanah dari pengkaderan dan tidak sesuai dengan tujuan dasar HMI. Banyak kader HMI yang merusak negara ini dengan keberadaannya di pemerintahan. Bila dilihat dari keberadaannya, HMI-MPO tidak memiliki kader sebanyak HMI-DIPO sehingga keberadaannya hingga saat ini masih rancu antara kedua kubu tersebut. Penyakit HMI era ini adalah hancurnya moral kader yang sudah tidak menjunjung tinggi nilai keislaman dan keserakahan terhadap kekuasaan. Sangat banyak alumni HMI yang berada di pemerintahan dan melakukan tindakan pidana hukum secara terang-terangan tetapi sangat licin untuk ditangkap sehingga masih bisa bernapas lega. Inilah potret kader HMI saat ini, DIPO atau MPO bertanggung jawab atas kader yang telah dibentuk.
Struktur organisasi
Struktur organisasi HMI-MPO dibagi dalam beberapa golongan yakni :
§  Struktur kekuasaan,
§  Struktur pimpinan,
§  Lembaga-lembaga Khusus,
§  Lembaga Kekaryaan, serta
§  Majelis Syuro Organisasi (MSO).
Struktur kekuasaan tertinggi di HMI MPO adalah forum Kongres, selanjutnya ditingkat Cabang ada Konperensi Cabang (Konperca) serta Rapat Anggota Komisariat (RAK). Sedangkan struktur pimpinan terdiri atas Pengurus Besar (PB), Pengurus Cabang (PC), serta Pengurus Komisariat (PK).
Untuk memperlancar serta mempermudah manajemen organisasi maka dibentuklah Koordinator Komisariat (KORKOM) sebagai pembantu cabang dalam mengkoordinir komisariat, serta Badan Koordinasi (BADKO) sebagai pembantu Pengurus Besar dalam mengkoordinir cabang. HMI (MPO) hingga saat ini (Oktober 2003) telah memiliki 38 cabang yang tersebar diseluruh penjuru Tanah Air dan untuk itu dibentuk 3 Badan Koordinasi (Badko) yakni: Btra]],Banten,DKI,Jabar), Badko Indonesia Bagian Tengah (Kalimantan,Jateng,DIY,Jatim,Bali) dan Badko Indonesia Bagian Timur (Sulawesi,Maluku,NTB,NTT,Papua).
Untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang terkait dengan bidang khusus, maka dibentuk Lembaga-lembaga Khusus seperti Korps Pengader Cabang (KPC), Korps HMI-Wati (KOHATI), dan lain-lain. Sedangkan untuk meningkatkan dan mengembangkan keahlian dan profesionalisme para anggota HMI, dibentuk Lembaga-lembaga Kekaryaan seperti Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI), Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI), dan sebagainya.
HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Terpecah Menjadi Dua
Pasal 1 NAMA Organisasi ini bernama Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI. Inilah nama yang ada dalam konstitusi HMI.
Kejayaan HMI berada pada era 1947-1986 Masehi. HMI bisa jaya karena komitmen para kadernya yang sangat menjunjung tinggi nilai Islam dan berpihak kepada rakyat. Pada tahun 1965, HMI merupakan organisasi Islam yang sangat besar sehingga keberadaannya sangat mempengaruhi politik pada saat itu. Semua ini adalah kerja keras dari sosok yang sangat bijaksana dan berwibawa, yaitu Prof. Drs. H. Lafran Pane. Dan pada masa O. Komaruddin (1962-1966) terjadi konsolidasi organisasi mahasiswa yang kemudian bersatu dengan nama Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAmi) yang sudah geram dengan keberadaan politik Soekarno yang tidak membubarkan PKI. Pelopor terbentuknya KAMI adalah HMI dan GMNI yang saat itu merupakan organisasi mahasiswa yang besar. Dan pada tanggal 30 September 1965 (G 30 S PKI)terjadilah pembantaian, pemerkosaan dan pengejaran terhadap semua jajaran PKI yang dipimpin oleh Soeharto. Pada peristiwa pendudukan gedung DPR/MPR tanggal 18-23 Mei 1998, HMI-MPO adalah ormas satu-satunya yang menduduki gedung tersebut di hari pertama bersama FKSMJ dan FORKOT yang kemudian diikuti oleh ratusan ribu mahasiswa dari berbagai universitas dan kota hingga Soeharto jatuh pada 21 mei 1998. Pasca jatuhnya Soeharto, HMI MPO masih terus demonstrasi mengusung gagasan perlu dibentuknya Dewan Presidium Nasional bersama FKSMJ. Dua peristiwa diatas merupakan suatu prestasi besar HMI. Tetapi, itu semua hanyalah sebuah cerita dongeng untuk saat ini karena HMI sudah dibunuh oleh rezim Soeharto yang menerapkan azas tunggal Pancasila sejak forum kongres di Padang pada tanggal 24-31 Maret 1986. Ketua Umum PB HMI terakhir adalah Harry Azhar Aziz, sosok ini adalah sosok terakhir yang menjalankan HMI yang sebenarnya dan bukan HMI boneka.
Di tengah masa Harry Azhar Aziz HMI terpecah menjadi dua, yaitu HMI yang menerima penerapan asas tunggal (HMI-DIPO) dan HMI yang menolak asas tunggal (HMI-MPO), dan tetap menjadikan Islam sebagai asas organisasi. Selanjutnya kedua HMI ini berjalan sendiri-sendiri. HMI DIPO eksis dengan segala fasilitas negaranya, dan HMI MPO tumbuh menjadi gerakan bawah tanah yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan negara. Pada periode 90-an awal HMI MPO adalah organisasi yang rajin mengkritik kebijakan Rezim Orba dan menentang kekuasaannya dengan menggunakan sayap-sayap aksinya yang ada di sejumlah provinsi. Sayap aksinya yang terkenal antara lain adalah FKMIJ (Forum Komunikasi Mahasiswa Islam Jakarta) dan LMMY (Liga Mahasiswa Muslim Yogyakarta) di Jogyakarta tempat berkumpulnya para aktivis demokrasi LMMY merupakan sebuah organisasi masa yang disegani selain PRD dan SMID.
§  Kongres ke-3 di Jakarta pada tanggal 4 September 1953
§  Kongres ke-4 di Bandung pada tanggal 14 Oktober 1955
§  Kongres ke-5 di Medan pada tanggal 31 Desember 1957
§  Kongres ke-6 di Makassar (Ujungpandang) pada tanggal 20 Juli 1960
§  Kongres ke-7 di Jakarta pada tanggal 14 September 1963
§  Kongres ke-8 di Solo (Surakarta) pada tanggal 17 September 1966
§  Kongres ke-9 di Malang pada tanggal 10 Mei 1969
§  Kongres ke-10 di Palembang pada tanggal 10 Oktober 1971
§  Kongres ke-11 di Bogor pada tanggal 12 Mei 1974
§  Kongres ke-12 di Semarang pada tanggal 16 Oktober 1976
§  Kongres ke-13 di Makassar (Ujungpandang) pada tanggal 12 Februari 1979
§  Kongres ke-14 di Bandung pada tanggal 30 April 1981
§  Kongres ke-15 di Medan pada tanggal 26 Mei 1983
§  Kongres ke-16 di Yogyakarta pada tahun 1986, Ketua Umum : Eggy Sudjana
§  Kongres ke-17 di Yogyakarta pada tanggal 5 Juli 1988, Ketua Umum : Tamsil Linrung
§  Kongres ke-18 di Bogor pada tanggal 10 Oktober 1990, Ketua Umum : Masyhudi Muqarrabin
§  Kongres ke-19 di Semarang pada tanggal 24 Desember 1992, Ketua Umum : Agusprie Muhammad
§  Kongres ke-20 di Purwokerto pada tanggal 27 April 1995, Ketua Umum : Lukman Hakim Hassan
§  Kongres ke-21 di Yogyakarta pada tanggal 28 Juli 1997, Ketua Umum : Imron Fadhil Syam
§  Kongres ke-22 di Jakarta pada tanggal 26 Agustus 1999, Ketua Umum : Yusuf Hidayat
§  Kongres ke-23 di Makassar pada tanggal 25 Juli 2001, Ketua Umum : Safinuddin
§  Kongres ke-24 di Semarang pada tanggal 11 September 2003, Ketua Umum : Cahyo Pamungkas
§  Kongres ke-25 di Palu pada tanggal 17 Agustus 2005, Ketua Umum : Muzakkir Djabir
§  Kongres ke-26 di Jakarta Selatan pada tanggal 16 Agustus 2007, Ketua Umum : Syahrul Effendi Dasopang
§  Kongres ke-27 di Yogyakarta pada tanggal 9 Juni 2009, Ketua Umum : Muhammad Chozien Amirullah
§  Kongres ke-28 di Pekanbaru, Riau tanggal 14 - 19 Juni 2011, Ketua Umum : Alto Makmuralto